22/11/2020 466 Readers
Harga CPO untuk kontrak Februari di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 0,4% ke RM 3.290. Kemarin harga CPO sempat tembus ke atas RM 3.300/ton pada perdagangan intraday. Namun berakhir di zona koreksi.
Koreksi pada harga CPO terjadi karena ekspor bulan November yang menurun. Namun prospek ketatnya pasokan tetap membuat harga CPO tertahan dari koreksi yang tajam.
Menurut data yang dirilis oleh surveyor kargo pada hari Senin, ekspor Malaysia selama 1-15 November turun antara 11% dan 14% dari periode yang sama di bulan Oktober. Ekspor ke India mengalami penurunan yang tajam.
Namun penurunan permintaan ini diimbangi oleh penurunan output. Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Selatan melaporkan penurunan produksi sebesar 16% untuk periode produksi 1-15 November.
Menurut Paramalingam Supramaniam, direktur pialang yang berbasis di Selangor Pelindung Bestari, prospek harga CPO ke depan masih bakal positif.
"Kekhawatiran akan pasokan membuat harga lebih kuat dan sampai pola produksi menunjukkan tanda-tanda perbaikan, harga akan tetap lebih kuat memasuki Q1 2021," kata Paramalingam.
Sementara itu di Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia outlook-nya dinilai bearish akibat adanya peningkatan produksi, stok yang meningkat hingga lemahnya konsumsi biodiesel akibat naiknya harga CPO yang membuat selisih dengan harga minyak mentah semakin melebar.
Dengan harga minyak sawit yang naik terus belakangan ini sementara harga minyak mentah masih tergolong rendah maka ini akan mengganggu kesinambungan program B40 di Indonesia.